Mata uang ringgit Malaysia memulihkan pelemahannya dari level terendah sejak 1998 yang dicapai pada pekan lalu.
Menurut laporan dari Bloomberg, ringgit mengalami kenaikan tipis sebesar 0,01% ke posisi 4,7770 per dolar AS pada pukul 09.38 WIB. Hal ini menandai pemulihan ringgit setelah sebelumnya turun di bawah level 4,8 terhadap dolar AS pada hari Selasa (20/2/2024), mencapai titik terendah sejak tahun 1998. Meskipun terjadi penurunan sebesar 3,97% terhadap dolar AS sepanjang tahun 2024, ringgit berhasil pulih setelah Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyatakan kekhawatirannya terhadap penurunan nilai ringgit yang mencapai level terendah sejak krisis keuangan Asia.
Faktor eksternal, terutama perlambatan pertumbuhan ekonomi China, menjadi salah satu penyebab pelemahan ringgit yang juga mempengaruhi ekspor Malaysia. Selain itu, perbedaan suku bunga antara Malaysia dan AS, serta kekhawatiran akan stabilitas politik, juga memengaruhi daya tarik ringgit sebagai aset. Walaupun demikian, Gubernur Bank Negara Malaysia, Abdul Rasheed Ghaffour, mengindikasikan bahwa performa ringgit belum sepenuhnya mencerminkan prospek ekonomi Malaysia ke depan. Ia menyatakan bahwa “Performa ringgit belakangan ini, seperti mata uang regional lainnya, dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.”
Dalam konteks ini, S&P Global Ratings memproyeksikan bahwa ringgit akan mengalami peningkatan sebesar 9% pada akhir tahun ini. Meskipun demikian, pelemahan ringgit dianggap tidak membawa risiko terhadap peringkat kredit Malaysia, mengingat sebagian besar utang negara ini dinyatakan dalam mata uang lokal. Meskipun utang luar negeri pemerintah Malaysia mencapai 30 miliar ringgit (US$6,26 miliar) pada akhir tahun 2023, hanya sekitar 3% dari total utang, Malaysia berhasil mempertahankan peringkat kredit A- dari S&P sejak tahun 2003, menunjukkan kemampuannya dalam mengelola utang di tengah gejolak ekonomi global dan dampak pandemi.
+ There are no comments
Add yours