Mata uang Asia anjlok dan tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini terjadi lantaran pelaku pasar tengah beralih fokus menjelang Imlek dan pengaruh the Fed masih hawkish sehingga nilai tukar tidak berjalan stabil.
Ketidakstabilan nilai mata uang ini terjadi di beberapa negara asia, yang penyebabnya mayoritas sama yakni sikap pelaku pasar yang berfokus pada perayaan Imlek. Buntut dari sikap ini adalah perdagangan pasar keuangan mulai sepi sehingga investor membuat profit taking jangka pendek sebagai persiapan liburan.
Beberapa negara Asia yang mata uangnya terpantau anjlok adalah Malaysia dengan ringgitnya menurun mencapai 0,23%, Bath Thailand melemah 0,07%, Peso Filipina turun sebesar 0,05%. Tidak hanya itu, Won Korea Selatan, Yuan China, dan Yen Jepang yang anjlok sebesar 0,01%. Sebaliknya nilai mata uang Rupee India terpantau aman dan kuat pada Jumat, 9 Februari 2024 yakni sebesar 0,02%.
Sementara sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) masih hawkish mempertahankan suku bunga level tinggi, bahkan The Fed ragu untuk memangkas suku bunga. Adapun sikap The Fed ini berpotensi membuat indeks dolar AS (DXY) sulit turun dan akan menekan sejumlah mata uang dunia lainnya.
+ There are no comments
Add yours