Dolar Amerika Serikat (AS) masih membebani nilai tukar rupiah kendati penanaman modal asing (PMA) menembus Rp1.400 triliun. Melansir data Refinitiv, hingga akhir perdagangan Rabu (24/1/2024) mata uang Garuda ditutup di angka Rp15.705/US$ atau turun sebesar 0,51%. Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan tipis yang terjadi kemarin (23/1/2024) sebesar 0,03%. Sementara indeks dolar AS (DXY) kemarin pada pukul 14.53 WIB turun 0,3% menjadi 103,31. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang berada di angka 103,62.
Pelemahan rupiah terjadi pasca Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi di Indonesia pada kuartal IV-2023 mencapai Rp 365,8 triliun. Angka ini naik 16,2% secara tahunan (yoy), tetapi secara kuartalan (qoq) turun 2,13%. Walaupun turun secara kuartalan, tetapi capaian tersebut berhasil mengakumulasi realisasi investasi sepanjang 2023 mencapai Rp1.418,9 triliun, tumbuh 17,5% yoy. Nilai tersebut juga mencapai 129% dari target Renstra sebesar Rp1.099,8 triliun dan 101,3% dari target Presiden sebesar Rp1.400 triliun.
Beralih pada hari ini, Kamis (25/1/2024) pergerakan nilai tukar rupiah akan dipengaruhi data tenaga kerja yang akan dirilis oleh Biro Ketenagakerjaan AS, salah satunya klaim pengangguran mingguan yang berakhir pada 20 Januari 2024. Klaim pengangguran tersebut diperkirakan naik menjadi 200.000, dibandingkan pekan sebelumnya sebesar 187,000. Jika data ini berhasil naik sesuai ekspektasi, ini akan positif bagi pasar keuangan lantaran bisa sedikit meredakan pasar tenaga AS yang masih panas.
Seacara teknikal pelaku pasar bisa mencermati posisi resistance sebagai antisipasi pelemahan terdekat di Rp15.750/US$. Nilai ini didapatkan berdasarkan level psikologis atau round number. Di lain sisi, jika rupiah berbalik arah menguat, posisi terdekat yang potensi diuji di Rp15.670/US$.
+ There are no comments
Add yours