Jakarta – Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (18/9/2025). Data Refinitiv menunjukkan, rupiah berada di level Rp16.510 per dolar AS pada pukul 11.30 WIB, atau terdepresiasi 0,52%. Level ini merupakan yang terlemah sejak pertengahan Mei 2025.

Pelemahan ini terjadi seiring dengan penguatan indeks dolar AS (DXY). Menguatnya DXY dipicu oleh keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Awalnya, pasar memperkirakan langkah ini akan menekan dolar AS, namun komentar hawkish Ketua The Fed Jerome Powell justru membalikkan keadaan. Powell menegaskan bahwa kenaikan harga barang telah menekan inflasi dan diperkirakan masih akan berlanjut, sehingga ruang pemangkasan suku bunga berikutnya akan terbatas.

Selain itu, proyeksi terbaru The Fed juga memberikan sinyal kekuatan dolar. Bank sentral menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS 2025 menjadi 1,6% dari 1,4% sebelumnya, sementara inflasi inti tetap tinggi di 3,1%, jauh di atas target 2%. Kondisi ini mendorong persepsi bahwa kebijakan moneter AS masih akan berhati-hati terhadap inflasi, sehingga memberikan sentimen positif bagi dolar AS dan membebani mata uang emerging market, termasuk rupiah.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours