Harga minyak mentah global secara serentak mengalami penurunan pada hari ini, Selasa (30/4/2024). Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan sebelumnya, Senin (29/4/2024), harga minyak mentah berjangka brent ditutup pada level US$88,4 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$82,63 per barel.
Pada saat ini, pukul 09:45 WIB, harga minyak brent dan WTI terpantau mengalami depresiasi. Brent turun sebesar 0,04% menjadi US$88,36 per barel, sementara WTI juga melemah sebesar 0,16% menjadi US$82,49 per barel. Perundingan gencatan senjata Israel di Kairo telah meredakan kekhawatiran akan konflik yang lebih meluas di Timur Tengah, sementara inflasi data AS telah mempengaruhi prospek penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Serangan udara Israel yang dilaporkan oleh Reuters telah mengirimkan sejumlah warga Palestina dan melukai banyak lainnya pada hari Senin, ketika para pemimpin Hamas melakukan perundingan di Kairo dengan mediator Mesir dan Qatar. Mesir masih menunggu tanggapan dari Israel dan Hamas terkait rencana tersebut, menurut Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry. Selain itu, pasar juga sedang memperhatikan pengamatan kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) AS yang akan dilakukan pada tanggal 2 Mei 2024 waktu Indonesia, yang dapat memberikan petunjuk mengenai keputusan suku bunga bank sentral.
Analis pasar John Evans dari broker minyak PVM menyatakan bahwa bahasa dan perkiraan ke depan akan menjadi fokus bagi pelaku pasar. Investor dengan hati-hati meramalkan kemungkinan kenaikan suku bunga oleh The Fed sebesar seperempat poin persentase pada tahun ini dan tahun depan karena inflasi dan pasar tenaga kerja yang tetap kuat. Inflasi bulanan AS mengalami kenaikan moderat di bulan Maret, yang mengurangi harapan akan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Penurunan inflasi dapat meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, yang biasanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. Analis pasar independen Tina Teng menyatakan bahwa inflasi AS yang tinggi menimbulkan kekhawatiran akan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, yang berdampak pada penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas.
+ There are no comments
Add yours