Saham PT Bank Central Asia Tbk (BCA), emiten perbankan terbesar di Indonesia, mencapai level psikologis Rp 10.000 pada penutupan perdagangan Rabu (28/2/2024). Meskipun mengalami kenaikan sebesar 1,27%, harga ini belum mencapai rekor tertingginya pasca stock split pada 20 Februari lalu di Rp 10.025/unit.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyatakan bahwa saat ini belum ada rencana untuk melakukan stock split lagi. Jahja menekankan bahwa harga saham BCA masih terjangkau oleh investor ritel, sambil menjaga likuiditas di pasar.
BCA, bank swasta terbesar di Indonesia, telah melakukan empat kali stock split dengan rasio 1:2 pada tahun 2001, 2004, dan 2008. Terakhir, pada 2021, dilakukan pemecahan saham dengan rasio 1:5. Meskipun telah beberapa kali melakukan stock split.
Jahja Setiaatmadja menegaskan bahwa saat ini tidak ada rencana untuk melakukan tindakan serupa. Harga saham BCA di level 10.000 dinilai masih sejalan dengan keterjangkauan bagi investor retail dan tidak terlalu kecil bagi investor asing.
Berlanjut ke Stock Split Sebelumnya, sejak stock split pertama pada 15 Mei 2001 dengan rasio 1:2, membuat jumlah saham beredar meningkat dari 2,94 miliar saham menjadi 5,88 miliar saham. Stock split kedua dilakukan pada 8 Juni 2004 dengan rasio yang sama, menjadikan jumlah saham beredar naik menjadi 12,26 miliar saham.
Pada tahun 2008, BCA kembali memecah sahamnya dengan rasio 1:2, meningkatkan jumlah saham beredar menjadi 24,65 miliar saham. Terakhir, pada 2021, dilakukan stock split dengan rasio 1:5 setelah mendapat restu dari pemegang saham luar biasa.
+ There are no comments
Add yours