Pada Januari 2024, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia mencatat surplus sebesar Rp31,3 triliun, setara dengan 0,14% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapkan bahwa surplus tersebut merupakan hasil dari pendapatan negara yang mencapai Rp215,5 triliun atau 7,7% dari target.
Meskipun belanja negara mengalami penurunan menjadi Rp215,5 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dan transfer ke daerah (TKD) mengalami kenaikan masing-masing sebesar 56% dan 50,8%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa belanja negara yang terealisasi sejumlah Rp184,2 triliun atau 5,5% dari total pagu tahun ini yang mencapai Rp3.325,1 triliun. Meski demikian, belanja tersebut tetap sesuai dengan program dan prioritas nasional.
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) terbesar masih berasal dari nonmigas, mencapai Rp83,69 triliun atau 7,87% dari target tahun ini. Sementara itu, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) mencapai Rp57,76 triliun. Sri Mulyani juga mencatat penurunan penerimaan bea masuk, dipengaruhi oleh pelemahan kinerja impor dan penurunan tarif efektif.
Dengan surplus APBN pada awal tahun 2024 dan kinerja ekonomi yang masih terjaga, pemerintah berupaya untuk menjaga stabilitas fiskal, tetapi tetap mewaspadai tantangan global yang berpotensi mempengaruhi penerimaan dalam negeri.
+ There are no comments
Add yours