Calon presiden (capres) nomor urut 02, Prabowo Subianto yang unggul dalam hitung cepat atau Quick Count Pemilu 2024. Selain mendapat kekuasaan menduduki kursi RI 1, Prabowo juga akan menerima warisan utang yang menggunung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ekonom memperkirakan total utang hingga akhir kepemimpinan Jokowi pada 2024 berpotensi mencapai Rp9.000 triliun, dengan posisi utang pemerintah mencatat Rp8.144,69 triliun hingga Desember 2023, dan rasio utang terhadap PDB sebesar 38,59%. Selama satu dekade kepemimpinan Jokowi, pemerintahannya menarik utang baru hingga Rp6.291 triliun, dengan rencana penarikan tambahan sejumlah Rp666,4 triliun untuk menutup defisit APBN 2024.
Menurut Bright Institute Awalil Rizky, dengan pertambahan utang yang terus meningkat setiap tahunnya, proyeksi utang pemerintah pada tahun 2024 mencapai Rp8.900 triliun. Awalil Rizky memperingatkan kerentanan utang era Jokowi, di mana pembayaran bunga utang telah melebihi rekomendasi IMF, dengan proyeksi pembayaran bunga utang pada 2024 mencapai Rp497 triliun, dan pendapatan negara Rp2.802 triliun, membuat rasio utang mencapai 17,75%. “Jika terealisasi, rasionya [pembayaran bunga utang terhadap pendapatan negara] sebesar 17,75%. Telah melampaui rekomendasi IMF [7%-10%],” Ucapnya.
Sementara itu, Prabowo, bersama Gibran Rakabuming Raka, berencana melanjutkan program Jokowi, termasuk IKN, namun janji kampanye populis seperti makan siang gratis senilai Rp400 triliun, diprediksi akan mengakibatkan jebolnya pos belanja APBN.
Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri memperkirakan potensi utang pemerintah Indonesia mencapai Rp16.000 triliun jika Prabowo Subianto terpilih sebagai Presiden RI. Faisal mengkritik kebijakan Jokowi yang mengandalkan utang untuk pembangunan infrastruktur dan IKN, yang menurutnya akan menyengsarakan generasi mendatang. Meskipun demikian, Kementerian Keuangan menekankan pentingnya menjaga risiko portofolio utang dengan baik.
+ There are no comments
Add yours