Isu menteri mundur dari kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi perhatian serius bagi investor. Terutama kabar mengenai Sri Mulyani Indrawati yang ingin meninggalkan kursi Menteri Keuangan. Hal ini terlihat dari pergerakan di pasar keuangan, khususnya rupiah. Mata uang Garuda mengalami pelemahan pada minggu lalu. Rupiah diperdagangkan pada level tertinggi Rp 15.600 dan terendah Rp 15.845 per dolar AS sepanjang minggu lalu, berakhir Jumat (26/1/2024).
“Seminggu terakhir sentimennya berubah, ada cerita gonjang-ganjing politik yang terjadi di dalam neger dan di satu hal lagi, kita harus aware bahwa The Fed tidak akan secepat itu menurunkan suku bunga, jadinya seminggu terakhir wajar ada koreksi di pasar,” kata Chief Economist Trimegah Sekuritas, Fakhrul Fulvian. Menurutnya, pengaruh pelemahan rupiah saat ini, 60% dipengaruhi oleh isu internal dan sisanya 40% eksternal.
Berkaca dari kinerjanya, Sri Mulyani dianggap mampu untuk menjaga keuangan negara. Di sisi lain, kebijakan Sri Mulyani mampu mendorong perekonomian negara hingga mampu tumbuh di sekitar 5% dalam delapan kuartal terakhir. Sosok yang tegas juga membuat mantan bos Bank Dunia tersebut diharapkan mampu menjaga APBN pada tahun politik.
Ekonom senior Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini menjelaskan situasi politik dalam negeri menjadi salah satu sentimen terbesar dari jatuhnya pasar keuangan pekan lalu. Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 22 – 25 Januari 2024, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp3,2 triliun terdiri dari jual neto Rp3,31 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp0,52 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Inflow sepanjang tahun ini tidak dapat dikatakan cukup baik sepenuhnya mengingat terdapat outflow yang terjadi pada pekan kedua dan keempat khususnya di SBN yang masing-masing sekitar Rp3 triliun maupun SRBI.
+ There are no comments
Add yours