Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Desember 2023 sebesar 0,41% secara bulanan atau peningkatan indeks harga konsumen dari 116,08 pada November 2023 menjadi 116,56. Dengan demikian, inflasi Indonesia pada akhir 2023 mencapai 2,61% secara tahunan, atau secara 2,61% year to date.
Penyumbang terbesar adalah makanan, minuman dan tembakau dengan inflasi 1,07% dan andil inflasi sebesar 0,29%. Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok ini antara lain cabe merah dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,66%, lalu bawang merah 0,64%, tomat 0,03%, cabe rawit 0,02%, beras 0,02%, serta telur ayam ras 0,02%. Selain itu terdapat komoditas di luar kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil signifikan, yaitu tarif angktutan udara dengan andil terhadap inflasi sebesar 0,05%, emas perhiasan 0,02%, serta rekreasi 0,01%.
Sebanyak 20 dari 22 ekonom yang terkualifikasi oleh Bloomberg, memiliki estimasi tertinggi di angka 3,9% (yoy) yang diprediksikan oleh Gareth Leather dari Capital Economics Ltd. Sementara estimasi terendah sebesar 2,59% yang diramalkan oleh Mika Martumpal dari PT Bank CIMB Niaga Tbk. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan inflasi Desember akan melambat dari realisasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,86% dan akan berada di angka 2,72%. Menurutnya, melambatnya inflasi sejalan dengan harga pangan dan minyak yang menurun di tengah nilai tukar yang terus menguat.
Josua memperkirakan inflasi inti akan turun dari 1,87% yoy di November-23 menjadi 1,83%. Namun, secara bulanan, inflasi inti diperkirakan akan menguat dari 0,12% month-to-month (mtm) menjadi 0,17% yang didorong oleh peningkatan permintaan terkait liburan akhir tahun.
+ There are no comments
Add yours