Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani mengingatkan ketidakpastian global yang menekan ekonomi makin sering berulang saat ini.
Menurut dia, jarak waktu antara terjadinya satu krisis ke krisis lainnya yang berdampak ke ekonomi makin merapat. Dia mengatakan bisa jadi krisis yang berdampak pada ekonomi itu masih berlanjut pada 2024 dan 2025.
“Kalau kita lihat krisis jaraknya semakin lama semakin pendek. Bahkan diperkirakan 2024 itu pasti ada krisis, 2025 masih ada krisis,” kata dia dalam diskusi ‘Evaluasi dan Perspektif Ekonom Perempuan Indef Terhadap Perekonomian Nasional’, Kamis (28/12/2023).
Jarak antara krisis itu kemudian makin merapat. Dia mencontohkan krisis minyak dunia dan penyesuaian suku bunga The Fed terjadi pada 2018. Hanya butuh satu tahun untuk kembali terjadi krisis pada 2019, yaitu perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Lalu satu tahun berikutnya pada 2020, kembali terjadi krisis yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19. Dan pada 2023, terjadi perang antara Hamas dengan Israel.
Menurut Aviliani, pemerintah selaku regulator harus mempersiapkan diri atas ketidakpastian dunia yang semakin sering terjadi ini. Menurut dia, kecepatan dalam pengambilan kebijakan menjadi cara pemerintah untuk bisa menanggulangi dampak krisis itu kepada Indonesia. Kebijakan yang diambil secara cepat, menurut Aviliani, menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian global ini. Karena itu, dia mengatakan fleksibilitas pembuatan aturan dan upaya untuk merampingkan aturan perlu dilakukan.
“Oleh karena itu ke depan Undang-Undang harus semakin sedikit jumlahnya, Undang-undang sifatnya hanya yang besar-besar saja, tapi seharusnya nanti pada level kebijakan entah itu surat edaran atau kebijakan tingkat kementerian, jadi tidak selalu harus Undang-Undang,” kata dia.
+ There are no comments
Add yours