Harga batu bara kembali melanjutkan tren pelemahan di pekan terakhir tahun 2023. Pelemahan disebabkan melandainya permintaan di pasar Asia dan menumpuknya pasokan. Merujuk pada Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Januari ditutup di posisi US$ 140 per ton atau turun 0,88% atau hampir 1% pada perdagangan Rabu (27/12/2023). Sejak 14 Desember 2023, harga batu bara hanya mampu menguat sehari dan sisanya harus berada di zona merah.
Permintaan batu bara di pasar Asia, terutama India dan China, melemah karena pasokan yang memadai di China. Sementara itu, India diperkirakan lebih memilih impor dari Afrika Selatan.
Rendahnya permintaan impor di kawasan Asia, termasuk Asia pasifik, berdampak besar terhadap lalu lintas perkapalan di wilayah tersebut.
Pelemahan harga batu bara terjadi seiring harga batu bara Indonesia yang memiliki kalori tinggi menunjukkan penurunan dalam sepekan terakhir. Melansir CoalMint, Harga batubara dengan CV tinggi (5800 GAR) turun sebesar US$0,13 per ton menjadi US$93,03 per ton. Dari sisi pasokan, Indonesia mengalami keterlambatan persetujuan kuota produksi telah menimbulkan ketidakpastian di pasar. Melansir CoalMint, pemilu mendatang di Indonesia tahun depan menyebabkan waktu tunggu yang lama untuk menyetujui kuota produksi tahun depan.
Beralih ke Asia, stok batu bara termal di 21 pelabuhan India turun sebesar 8% secara mingguan per 26 Desember 2023 (week on week/wow), menurut data dari CoalMint. Selama minggu ke-51 tahun 2023, stok batu bara termal di pelabuhan India mencapai 13,41 juta ton, dibandingkan dengan 14,57 juta ton pada minggu ke-50, yang mencerminkan penurunan impor sebesar 3% (wow). Turunnya tingkat impor India terjadi seiring produksi Coal India Ltd (CIL) naik 9% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 66 juta ton pada November 2023 dibandingkan 60,7 juta ton pada November 2022.
Di sisi lain, India sebagai konsumen energi terbesar ketiga dunia mencatat lonjakan 7,71% penggunaan energi dari April ke November 2023. Peningkatan diakibatkan oleh kenaikan suhu, tertundanya musim hujan di wilayah Utara, dan dimulainya kembali perdagangan skala penuh pasca pandemi covid-19. Sebagai catatan, permintaan terpantau lesu akibat pembeli utama di Asia seperti China yang memiliki cukup persediaan saat ini. Di sisi lain, terdapat kemungkinan permintaan kembali melonjak menjelang persiapan musim dingin mendatang.
Adapun, produksi batu bara global diperkirakan meningkat 1,8% pada 2023 setelah naik 7% pada tahun sebelumnya, menandai rekor tertinggi barunya sepanjang masa. Tingginya tingkat produksi menyebabkan adanya limpahan pasokan yang disinyalir menjadi salah satu faktor koreksi harga.
+ There are no comments
Add yours