Sebentar lagi 2023 usai, gerak rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau masih perkasa. Melansir dari Refinitiv, pergerakan rupiah pada akhir pekan lalu, Jumat (22/12/2023) berhasil menguat 0,26% ke posisi Rp15.480/US$. Penguatan ini membawa rupiah kembali ke level yang terkuat sejak 6 Desember 2023.
Dalam sepekan, nilai tukar rupiah menguat tipis 0,06%. Penguatan rupiah ditopang oleh faktor eksternal dan internal. Dari dalam negeri, sentimen datang dari keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% pada Kamis pekan lalu. Dari eksternal, sentimen positif datang dari ambruknya dolar AS akibat ekspektasi terjadinya pivot kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed), serta derasnya capital inflow.
Dolar ambruk tercermin dari Indeks DXY yang anjlok ke level terendah hampir lima bulan ke 101,69 pada akhir pekan lalu. Dolar melemah sejalan dengan menguatnya ekspektasi pelaku pasar mengenai kebijakan dovish bank sentral AS. Perangkat Fed Watch Tool memperkirakan The Fed sudah mulai memangkas suku bunga pada Maret tahun depan. Investor yang semula mengendapkan modal di AS pun kini memilih investasi dengan imbal hasil lebih menarik dari di luar AS, termasuk instrumen berdenominasi rupiah seperti mata uang rupiah, saham di Indonesia, dan Surat Berharga Negara (SBN).
Pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih dalam tren sideways atau konsolidasi. Gerak rupiah yang sideways pada dasarnya baik bagi pelaku pasar karena dinilai stabil. Kendati demikian, pelaku pasar harus mencermati area support dan resistance untuk mengidentifikasi posisi terdekat yang akan diuji.
+ There are no comments
Add yours