Indonesia ternyata tidak mampu berdiri di kaki sendiri untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6% sampai 7% demi menapaki target menjadi negara maju di 2045. Investasi asing masih dibutuhkan guna membuka peluang pertumbuhan lebih tinggi. Mantan Menteri Keuangan yang juga merupakan ekonom senior Indonesia Chatib Basri jika kita ingin tumbuh 6 sampai dengan 7 persen, maka kita membutuhkan investasi terhadap PDB antara 41% sampai dengan 47%. Jika diterjemahkan ke dalam PDB harga berlaku, maka nilainya adalah Rp 19.500 triliun. Chatib mengatakan “(Artinya) Kita membutuhkan tambahan investasi sebesar Rp 780 triliun jika ingin tumbuh 6%, atau Rp 1.950 triliun jika ingin tumbuh 7%,”
Tahun ini, target realisasi investasi dipatok sebesar Rp 1.400 triliun dan meningkat menjadi Rp 1.650 triliun pada 2024. Target ini tercatat lebih tinggi dari Rencana Strategis (Renstra) BKPM 2020-2024. Dalam Renstra yang disusun tiap lima tahunan oleh Kementerian Investasi/BKPM, target investasi 2023 hanya sebesar Rp 1.099,8 triliun, dan pada 2024 menjadi Rp 1.239,3 triliun. Target yang tinggi ini ternyata diikuti oleh tantangan yang besar. Menteri Investasi Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan memburuknya kondisi perekonomian global yang tentu juga mempengaruhi sentimen investor. Bahlil pun belum mau mengungkapkan strategi apa yang akan ditempuh untuk mendulang investasi di tahun politik dan suramnya prospek ekonomi global. Ia hanya mengharapkan tensi politik tidak terlalu panas supaya kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia tetap terjaga.
Direktur Kerja Sama Regional dan Multilateral Kementerian Investasi/BKPM Fajar Usman mengungkapkan, Kementerian Investasi optimistis kinerja penanaman modal Indonesia juga relatif baik ketimbang negara lain. Fajar Usman Mengatakan “Keunggulan Indonesia salah satunya termasuk sebagai negara tujuan foreign direct investment (FDI) global, dan masuk dalam 20 negara teratas,” pada sesi panel diskusi dengan tema Investing in Indonesia: Strengthening The Legal Regime and Infrastructure to Support The Business Environment, and to Ensure Legal Certainty in the Settlement of Disputes yang merupakan rangkaian kegiatan Asian-African Legal Consultative Organization (AALCO) ke-61 di Bali, Selasa (17/10).
Menurut Fajar, ekonomi Indonesia menyimpan prospek karena jumlah penduduknya yang besar serta didukung oleh tenaga kerja yang mumpuni. Dia menambahkan, RI juga menjadi salah satu negara anggota G20 yang memiliki pertumbuhan ekonomi stabil. Saat Indonesia memegang Keketuaan Presidensi G20 tahun lalu, tak sedikit negara yang memberikan apresiasi atas kesuksesan penyelenggaraan. Fajar mengatakan Indonesia menjadi negara yang dituju untuk investasi karena memiliki sumber daya yang melimpah terutama untuk industri manufaktur. Selain itu, Indonesia juga telah berkomitmen untuk ikut memerangi krisis iklim, dan menerapkan prinsip ESG.
+ There are no comments
Add yours