Terkadang, kita seringkali mengalami kesulitan untuk memahami masalah keuangan yang kita hadapi sehari-hari. Dan jangan salah karena emosi kita seringkali memiliki andil dari semua ini. Dalam laporan dari Business Insider, seorang konselor pernikahan berlisensi, Jassen Wamala, menyoroti bahwa keputusan terkait keuangan seringkali dipengaruhi oleh emosi daripada logika atau pragmatisme.
Wamala kembali menegaskan bahwa emosi dan sejarah keuangan pribadi dapat memiliki dampak besar terhadap keuangan seseorang. Terutama jika terdapat trauma atau masalah lain, hal tersebut tentu akan sangat mempengaruhi individu yang bersangkutan.
Kemampuan di diri kita untuk menciptakan hubungan baik dan positif terhadap keuangan memang cenderung rumit. Namun hal itu harus dimulai dari riwayat atau cerita historis mengenai keuangan pribadi kita terlebih dulu yang nantinya dikaitkan dengan persepsi dan aspek lainnya. Contohnya, sebagian dari kita mungkin ada yang pernah beranggapan bahwa sulit atau tidaklah mungkin bagi kita untuk menikmati kestabilan dalam keuangan lantaran kita sendiri terus menerus merasa kekurangan pendapatan.
Seorang perencana keuangan bersertifikasi, Lindsay Bryan-Podvin mengatakan bahwa ketika pakar hanya memfokuskan pembahasan terhadap saran-saran dan tips, maka orang yang mendengar akan merasa “bersalah” atas keuangan pribadinya.
Pakar-pakar harusnya mengedukasi tentang pentingnya memahami hubungan historis seseorang dengan uang. Bagaimana cara dia membelanjakannya, menyimpannya, dan mencarinya. Karena di situlah nantinya permasalahan keuangan yang sesungguhnya bisa terlihat, karena pada dasarnya emosi seseorang bisa mempengaruhi setiap keputusan finansial yang ada
+ There are no comments
Add yours