Penguatan rupiah kemarin, Rabu (29/11/2023) terjadi di tengah sikap wait and see para pelaku pasar perihal hasil Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) yang akan dihadiri oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dan arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).Acara tersebut diselenggarakan di Graha Bhasvara Icchana, Kantor Pusat Bank Indonesia di Jalan M. H. Thamrin Nomor 2, Jakarta, mulai pukul 18.35 WIB sampai dengan 21.00 WIB.
Pada pertemuan semalam, Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan setidaknya ada lima karakteristik yang akan menjadi tantangan bagi rupiah untuk 2024 mendatang. Pertama, tantangan datang dari perekonomian global yang masih dibayangi gejolak geopolitik dan perang dagang. Dampaknya, prospek ekonomi global bisa meredup pada 2024.Kedua, ada risiko penurunan inflasi yang lambat meski pengetatan moneter agresif di negara maju baru turun 2024 itu-pun masih di atas target karena harga energi pangan global dan keketatan pasar tenaga kerja.Ketiga adalah fenomena higher for longer Fed Fund Rate. Perry mengatakan imbal hasil US Treasury masih tinggi pada 2024. Hal ini karena bengkaknya utang AS.Keempat, fenomena strong dolar dolar AS masih kuat akibat tekan depresiasi nilai tukar di seluruh dunia termasuk rupiah.Kelima, lanjut Perry, fenomena cash is the king. BI melihat pelarian modal dalam jumlah besar emerging ke negara maju sebagian besar ekonomi.
Dari kelima risiko tersebut, BI menyiapkan sejumlah jurus yang diharapkan bisa menstabilkan rupiah ke depan tanpa harus menaikkan suku bunga acuan kembali mengingat dalam pertemuan semalam, BI memastikan suku bunga acuan akan dipertahankan sampai dengan 2025.Jurus yang terus diupayakan BI dalam menjalankan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah adalah dengan intervensi di pasar spot, forward, DNDF, dan operasi moneter pro market untuk tarik aliran modal asing portofolio.
+ There are no comments
Add yours