Bisnis.com, SURABAYA – Hari ini, perkiraan menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah akan mengalami fluktuasi dengan sedikit penguatan seiring dengan penguatan dolar AS yang dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah.
Josua Pardede seorang ekonom senior dari Bank Permata, mengklarifikasi bahwa dolar AS saat ini sedang berada dalam posisi stagnan karena data terbaru mengenai Indeks Manufaktur PMI AS menunjukkan sinyal yang beragam terkait dengan kondisi ekonomi AS minggu lalu.
Pada catatan terbaru, S&P Global US Manufacturing PMI mencapai 48,9 meningkat dari angka sebelumnya sebesar 47,9, sementara S&P Global Services PMI mengalami penurunan menjadi 50,2 dari 50,5.
Sementara itu, dalam perbandingan dengan mata uang G-10 lainnya pekan lalu yen Jepang mengalami depresiasi terbesar setelah pertemuan Bank Sentral Jepang (BoJ). BoJ memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga di tingkat -0,1 persen dan memberikan indikasi bahwa mereka akan terus menjaga sikap akomodatif karena tingginya ketidakpastian. Akibatnya, yen Jepang mengalami penurunan sebesar 0,53 persen dan mencapai nilai 148,37.
“Sepanjang minggu lalu indeks dolar AS cenderung diperdagangkan sideways di tengah pengumuman pertemuan Bank Sentral, terutama karena Fed tidak mengubah arah suku bunga untuk tahun 2023,” kata Josua kepada Bisnis, Senin (25/9/2023).
Menurut Josua, nilai tukar rupiah minggu lalu mengalami stagnasi meskipun ada sejumlah pengumuman penting dari bank sentral global dalam dua hari terakhir. Bank Saudi National (SNB) dan Bank of England (BoE) secara mengejutkan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga mereka tanpa perubahan, sementara Bank of Japan (BoJ) juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan tanpa memberikan indikasi perubahan dalam arah kebijakan moneter mereka.
Pada penutupan perdagangan Jumat (23/9/2023), nilai tukar rupiah tetap stabil di level 15.375 per dolar AS. Sepanjang minggu tersebut, rupiah hanya mengalami pelemahan sebesar 0,14 persen, walaupun ada keputusan penting yang diambil oleh Federal Reserve (The Fed).
“Terbatasnya dampak keputusan The Fed disebabkan oleh tidak adanya perubahan signifikan terhadap proyeksi jangka pendek, sehingga sinyal higher for long dari The Fed tidak mendorong pelemahan rupiah,” kata Josua.
Di perkirakan hari ini rupiah berada pada kisaran 15.325-15.400 per dolar AS.
+ There are no comments
Add yours