Emiten ritel dan konsumen biasanya mencatatkan kinerja yang baik di akhir tahun seiring melonjaknya konsumsi di tengah musim Natal dan Tahun Baru (Nataru). Akan tetapi akhir tahun ini akan sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya akibat adanya gerakan politik dan gerakan boikot akibat eskalasi perang di Timur Tengah. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Apurindo) Roy Nicholas Munday mengungkapkan optimismenya terhadap industri ritel di akhir tahun ini, dengan melihat banyaknya indikator perekonomian yang positif dan Partai Demokrat yang terus mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi tahunan (year-on-year) per Oktober 2023 masih berada di angka 2,56%. Nilai tersebut tetap berada dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) sebesar 2% hingga 4%. Indikator perekonomian lain yang masih kuatnya optimisme konsumen berasal dari data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) nilainya masih di atas 100. Berdasarkan data survei ritel Bank Indonesia (BI). Nilai IKK Oktober 2023 tetap di angka 124,3, nilai tersebut sebenarnya mengalami peningkatan dibandingkan bulan lalu sebesar 121,7 dan masih dalam tren peningkatan.
Untuk melihat lebih dekat emiten ritel, CNBC Indonesia Research terlebih dahulu mengolah data total pendapatan empat emiten: PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA). PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan suatu emiten ritel selalu meningkat pada akhir tahun, yaitu dari kuartal ketiga hingga kuartal keempat setiap tahunnya. Terlihat dari grafik di bawah ini, pendapatan ritel selalu meningkat dari tahun 2018 hingga tahun 2022, bahkan di tahun 2020 yang terdampak COVID-19, pendapatan tetap melonjak di akhir tahun. Selanjutnya, Riset CNBC Indonesia dari emiten konsumen juga mengumumkan bahwa emiten PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Unilever India Tbk (UNVR), dan PT Industri Jamu dan Farmasi telah memproses data agregat mengenai pendapatan. Sid Muncur Tbk (SIDO), PT Calve Farma Tbk (KLBF), PT Mayora Indah Tbk (MYOR). Di antara enam emiten konsumen, kami menemukan data yang menunjukkan bahwa pendapatan konsumen selalu meningkat dari Q3 ke Q4 selama tiga tahun terakhir (2020-2022), namun pendapatan justru mengalami penurunan pada tahun 2018 dan 2019 akhir tahun.
Kesimpulan perhitungan survei CNBC Indonesia: Emiten ritel lebih sensitif terhadap peningkatan pendapatan akhir tahun dibandingkan konsumen. Namun demikian, prospek ritel dan konsumen masih cukup positif hingga akhir tahun ini, dengan daya beli masyarakat yang tetap optimis, mencerminkan dukungan Partai Demokrat dan musim Natal yang bersifat musiman. Lebih lanjut Pak Roy menyampaikan keyakinannya bahwa aksi boikot tersebut tidak akan berdampak besar jika dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, misalnya satu hingga dua minggu. Namun jika hal ini terus berlanjut hingga akhir Desember dan perang terus berlanjut tanpa ada tanda-tanda akan berakhir, tentunya akan berdampak besar pada ketahanan industri ritel.
+ There are no comments
Add yours