Pemerintah Indonesia akan mengkaji secara menyeluruh struktur industri Indonesia dan mengupayakan produk-produk berteknologi tinggi yang unggul dan kreatif hasil karya anak bangsa, sehingga Indonesia dapat keluar dari jebakan berpendapatan menengah dan menjadi negara maju pada tahun 2045. Namun, hal ini tidak lagi dapat dicapai dengan hanya mengandalkan produk-produk ekspor manufaktur hilir dan utama seperti makanan dan minuman serta tekstil, melainkan pada produsen produk-produk multi-komponen atau kompleks. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Kepala Bapenas Suharso Monoalpha mengatakan negara maju yang hanya mengandalkan produk industri sederhana seperti produk industri saja bisa lolos dari jebakan pendapatan menengah, dia menjelaskan konsep ini diusung karena tidak ada hal seperti itu.
Suharso mencontohkan, negara-negara yang telah keluar dari jebakan pendapatan menengah dan menjadi negara maju saat ini, seperti Korea Selatan dan Jepang, memiliki wirausaha dan industri yang berhasil menghasilkan produk yang kompleks. Ini termasuk ponsel dan gadget, serta mobil dan perlengkapan pendukung. Sayangnya, sebagian besar perusahaan hanya sebatas berdagang dan tidak menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, dan Indonesia sejak kemerdekaannya pada tahun 1945 hingga saat ini masih kekurangan pengusaha dan industri yang mampu menghasilkan produk tersebut. Akibatnya, kontribusi industri manufaktur Indonesia terus menurun hingga saat ini, sementara pemerintah melakukan kebijakan hilirisasi untuk mengekang ekspor bahan baku alam. Berdasarkan kajian Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi industri manufaktur terhadap PDB hanya sebesar 18,75% pada triwulan III tahun 2023, dibandingkan 23,11% pada triwulan III tahun 2013 dan tahun 2005 angka tersebut telah mencapai 27,4%.
Dalam dokumen “Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045”, pengembangan industri dirgantara merupakan salah satu industri prioritas yang termasuk dalam fokus pengembangan komponen industri teknologi menengah dan tinggi. Selain itu, ada pula peralatan maritim, otomotif dan transportasi, pertahanan, peralatan medis, bahan kimia dan farmasi, mesin dan peralatan, elektronik dan teknologi digital. Dengan metodologi pembangunan industri ini, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bapenas memperkirakan rasio PDB manufaktur atau kontribusi manufaktur terhadap PDB akan meningkat menjadi 20,8% pada tahun 2025 dan 28% pada tahun 2045. Pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita atau pendapatan masyarakat per kapita dalam RPJPN 2025-2045 akan meningkat dari $4,180 pada tahun 2021 menjadi $5,500 pada tahun 2025, seiring dengan meningkatnya industrialisasi yang menciptakan lapangan kerja berkualitas dan akan terus meningkat dari $23,000 menjadi $30,300. Tahun 2045 menandakan Indonesia masuk dalam kategori negara berpendapatan tinggi atau maju.
+ There are no comments
Add yours