Pasar Keuangan Indonesia Kompak Menguat, Rupiah Menguat Tajam

Pasar keuangan Indonesia ditutup kompak menguat pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (17/11/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN) semua berada di zona hijau. Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak beragam pada hari ini. Pada perdagangan Jumat (17/11/2023), IHSG ditutup menguat 0,28% ke posisi 6.977,67. Pada pekan lalu, IHSG juga berhasil menyentuh level psikologis 6.900, level terakhir yang dicetak pada 18 Oktober lalu. Namun sayangnya, IHSG masih belum mampu untuk menembus kembali level psikologis 7.000. Sebanyak 213 saham bergerak naik, 319 bergerak turun dan 320 tidak berubah dengan transaksi turnover Rp8,4 triliun dengan 14,5 miliar lembar saham. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 157,2 miliar.

Penguatan IHSG didorong kenaikan sektor infrastruktur 4,34%, industri bahan dasar 0,94%, kesehatan 0,07%. Sementara, pelemahan terjadi pada sektor teknologi 0,95%, industri 0,83%, transportasi 0,45%, properti 0,32% dan non-cyclical 0,26%. Pada pekan lalu, IHSG hampir menguat selama lima hari beruntun, di mana hanya sekali IHSG mencetak koreksi, itu pun terbilang tipis. Membaiknya sentimen pasar global membuat IHSG perkasa pada pekan lalu. Dari global, sentimen positif datang dari inflasi Amerika Serikat (AS) periode Oktober 2023 yang melandai, membuat pasar kembali optimis bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengubah sikapnya menjadi lebih dovish.

Sementara itu, rupiah ditutup di posisi Rp 15.490/US$ atau menguat tajam 0,32% pada perdagangan kemarin, Jumat (17/11/2023). Posisi tersebut adalah yang terkuat sepanjang bulan ini. Dalam sepekan, rupiah menguat 1,29%. Artinya, rupiah sudah menguat selama tiga pekan terakhir atau sepanjang November ini. Hal ini berbanding terbalik dengan September-Oktober 2023 di mana mata uang Garuda melemah delapan pekan beruntun.

Melesatnya nilai tukar rupiah tak bisa dilepaskan dari data inflasi AS yang melandai membuat pelaku pasar berekspektasi bank sentral AS The Fed akan segera mengakhiri tren kenaikan suku bunga sehingga banyak investor yang menjual dolar AS dan membawa dananya ke Emerging Markets, seperti Indonesia. Kondisi ini membuat capital inflow mengalir deras. Data penjualan ritel AS juga menunjukkan tren pelemahan. Secara bulanan (mtm), penjualan ritel AS terkontraksi 0,1% pada Oktober 2023, menjadi kontraksi pertama dalam tujuh bulan terakhir. Secara tahunan, penjualan ritel juga melandai menjadi 2,5% pada Oktober 2023, terendah dalam empat bulan terakhir.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours