Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan bergerak beragam pada hari ini. Kenaikan IHSG pada perdagangan Senin kemarin didorong oleh kenaikan semua sektor kecuali satu sektor yakni transportasi yang melemah 0,20%. Sebanyak 283 saham bergerak naik, 244 bergerak turun dan 226 tidak berubah dengan transaksi turnover 7,72 triliun dengan 21,38 miliar lembar saham. Investor asing mencatat net sell sebesar Rp 108,5 miliar. Penguatan IHSG didorong dari gemarnya asing mengoleksi saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) yang naik 4,03%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang melesat 0,57%, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang melejit 0,87% dan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang menguat 0,82%. Selain itu kenaikan IHSG didorong juga dari saham-saham volatile yang memilki market cap cukup besar yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang naik 1,44% dengan market cap 709,07 triliun dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang menguat 3,95% dengan market cap 94,91 triliun. Peningkatan saham BREN yang sangat signifikan sebesar 443,59% secara year to date (ytd) hingga perdagangan Senin (13/11/2023) di posisi Rp5.300 per lembar saham membuat Taipan Prajogo Pangestu sukses menjadi orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv rupiah ditutup melemah pada perdagangan Senin (13/11/2023) di level Rp15.695/US$ atau turun 0,03%. Pelemahan ini sudah terjadi lima hari beruntun sejak 7 November 2023. Hal ini menjadikan adanya kekhawatiran rupiah akan menjebol level psikologis Rp15.700/US$ kembali.
Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa terjadi capital outflow pada periode 6-9 November. Investor asing melakukan net sell di pasar keuangan domestik, mencatatkan jual neto sebesar Rp1,27 triliun, dengan penjualan neto Rp1,59 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), Rp1,35 triliun di pasar saham, dan pembelian neto Rp1,66 triliun di SRBI. Selain itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan potensi masih akan terus tingginya tekanan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah dalam jangka waktu yang panjang. Kemudian dari Amerika Serikat (AS), pidato dari Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell masih menjadi pemberat rupiah, pekan lalu. Jerome Powell memberikan kode bahwa inflasi cukup sulit mencapai target yang ditentukan, sehingga memungkinkan adanya pengetatan kembali. Pernyataan ini mematahkan harapan pelaku pasar yang telah menyaksikan pelemahan data tenaga kerja AS sebagai indikator melunaknya The Fed. Hal ini memberikan kekhawatiran bagi pelaku pasar khususnya di Indonesia karena jika The Fed menaikkan suku bunganya, maka selisih suku bunga acuan The Fed dengan Bank Indonesia (BI) akan semakin sempit yang berujung pada capital outflow dan semakin menekan pasar keuangan domestik termasuk rupiah.
+ There are no comments
Add yours