China, negara yang telah lama menjadi sumber optimisme pasar saham, kini menjadi kekhawatiran bagi para investor.Pada awal tahun ini, para investor mengucurkan dana kepada kumpulan saham China. Ini dimotivasi oleh spekulasi bahwa berakhirnya pembatasan Covid-19 mendorong pengeluaran yang sangat besar di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.Sebaliknya, lemahnya pertumbuhan dan meningkatnya ketegangan politik dengan Amerika Serikat (AS) justru mendorong buruknya keuntungan dan ketidakpastian di masa depan. Bagi investor di beberapa saham kelas berat AS, China tiba-tiba terlihat tidak menjanjikan Tidak banyak permintaan yang terpendam dalam hal apa pun, selain perjalanan domestik.”Menurut data Refinitiv Lipper, sekarang investor mencari tempat investasi lain dan telah menarik US$1,6 miliar (Rp25,01 triliun) dari reksa dana dan ETF yang diperdagangkan di bursa yang berfokus di China pada tahun 2023. Total aset bersih kumpulan tersebut mencapai US$21,6 miliar (Rp 337,67 triliun), turun sepertiga dari puncaknya pada tahun 2021, karena capital outflow dan kinerja yang lemah.Yang mendasari lesunya perekonomian China adalah merosotnya pasar perumahan dan gagal bayar yang baru-baru ini dilakukan oleh salah satu pengembang besar negara tersebut. Data terbaru juga menunjukkan aktivitas di sektor manufaktur negara tersebut mengalami kontraksi pada bulan Oktober.Hal ini membuat investor bertanya-tanya apakah konsumen akan memprioritaskan untuk membayar utangnya dibandingkan melakukan pembelian baru, sehingga memperpanjang pelemahan perekonomianApple mengatakan pendapatan dari China turun 2,5% menjadi US$15,1 miliar dalam tiga bulan yang berakhir pada bulan September.Perusahaan juga menghadapi lebih banyak tekanan dari pemerintah. Di China, pejabat pemerintah baru-baru ini dilarang menggunakan iPhone di tempat kerja. Di AS, kontrol ekspor baru dapat memaksa pembuat chip Nvidia membatalkan pesanan dari Tiongkok senilai miliaran dolar.Beberapa investor mengatakan ada kemungkinan para pembuat kebijakan Tiongkok akan melakukan stimulus ekonomi baru yang dapat menyebabkan kenaikan tajam pada saham-saham China. Namun mereka mempertanyakan apakah langkah tersebut dapat memicu perbaikan jangka panjang.
+ There are no comments
Add yours