Lonjakan harga sejumlah bahan pangan yang cenderung terus menanjak akhir-akhir ini. Hal itu jadi bahasan pembuka saat rapat kerja Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman beserta jajaran Kementerian Pertanian (Kementan), Rabu (8/11/2023). Tak hanya Mentan beserta jajaran, Komisi IV DPR RI turut menghadirkan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog, Dirut PT. RNI (Persero) atau Holding Pangan ID Food, dan Dirut PT. Pupuk Indonesia (Persero) beserta anak Perusahaan. Adapun agenda rapat kerja hari ini untuk membahas terkait evaluasi dan monitoring pelaksanaan anggaran Tahun 2023, rencana program dan kegiatan Tahun 2024, dan isu-isu aktual lainnya. “Menteri Pertanian beserta jajarannya, terdapat beberapa catatan yang telah kami himpun dan perlu diperhatikan, diantaranya adalah masalah stabilitas pasokan harga pangan pokok yang kerap menjadi sorotan. Terutama menjelang hari besar keagamaan. Artinya, upaya penguatan pasokan yang mutlak dilakukan pemerintah untuk menjaga agar harga pokok tidak mengalami lonjakan, tetapi beberapa bahan pokok merupakan kontributor inflasi di Indonesia,” kata Sudin saat membuka Raker Mentan bersama Komisi IV DPR RI, Rabu 8/11/2023.
“Berdasarkan yang kami himpun secara nasional, baik di tingkat pasar tradisional maupun modern maupun pedagang mengalami kenaikan diantaranya cabai, bawang putih, bawang merah, daging, beras medium, telur, gula, hingga jagung di tingkat peternak,” lanjutnya. Berkaitan dengan hal tersebut, kata Sudin, suplai jagung berkurang sehingga menyebabkan harga pakan jagung untuk ternak menjadi super mahal. “Untuk lampung dengan kadar air 15 sudah mencapai Rp6.500 per kg, untuk Jawa Timur Rp6.900-Rp7.000 per kg, yang agak murah mungkin Sulawesi Selatan sama Gorontalo. Agak murah sedikit dibandingkan dengan pulau Jawa,” jelasnya. Sudin menyebut kenaikan harga jagung untuk pakan ternak telah berdampak pada kenaikan harga daging ayam dan telur.”Sedangkan harga telur dan daging ada HPP (Harga Pokok Pembelian) yang ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan. Betul kan Pak Kepala Badan?” tanya Sudin kelasa Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi.”Yang menentukan harga itu kan Kemendag, sudah dialihkan? Nah sekarang saya mau tanya, kalau jagung naik, daging sama telur ada kenaikan harga nggak?,” lanjut Sudin. “Ada Pak Ketua,” jawab Arief.”Berapa persen?” tanya Sudin kembali.”Untuk kenaikannya dulu harga jagung Rp3.100..,” jawab Arief.
“Bukan harga jagung! Daging dan telur,” sela Sudin. “Untuk telur.. Jadi waktu awal (bulan November) Rp20.000-Rp23.000 (per kg), kemudian posisi hari ini Rp26.000 per kg sampai dengan Rp28.000 per kg,” beber Arief.”Kalau daging ayam?” tanya Sudin lagi.”Untuk daging ayam harga acuan penjualan (HAP) Rp36.000 per kg,” jawab Arief.”HPP dari Kementerian Perdagangan?” tanya Sudin kembali. “Bukan dari Kementerian Perdagangan pak, tapi dari Badan Pangan Nasional,” terang Arief.”Oh sudah dialihkan seluruhnya?” ucap Sudin.”Sudah Bapak,” jawab Arief.”HPP atau HAP?” tanya Sudin.”HAP (harga acuan penjualan), kalau HPP hanya khusus beras. Itu untuk pembelian pemerintah, Bulog,” terang Arief.”Biaya produksi naik nggak?” tanya Sudin final.”Naik semua ketua,” jawab Arief. Di balik situasi tersebut, lanjut Sudin, kelangkaan jagung digunakan sebagai alasan untuk mengimpor gandum yang digunakan untuk pakan ternak. Untuk itu, Sudin meminta kepada Menteri Pertanian agar melihat kembali target beberapa komoditas strategis pangan Indonesia. “Hari ini adalah pelaksanaan pola tanam dengan IP 300 atau bahkan sampai 400. Tidak berdampak sekali terhadap peningkatan produksi bahkan mendorong terjadinya serangan hama, karena tidak ada waktu jeda pertanaman padi maupun jagung. Hal ini agar dijadikan perhatian Menteri Pertanian beserta jajaran,” ucapnya.
+ There are no comments
Add yours