PT Kereta Commuter Indonesia atau KAI Commuter tengah berburu utang jumbo hingga Rp3,8 triliun yang akan digunakan untuk impor KRL sebagai bagian dari penambahan dan peremajaan kereta. VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba menjelaskan dana tersebut akan digunakan, baik untuk peremajaan dan retrofit KRL maupun pembelian rangkaian kereta (trainset) baru melalui skema impor dan pengadaan dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau Inka. KAI Commuter akan mengimpor sebanyak 3 trainset baru dengan stamformasi 12 kereta. KRL baru tersebut ditargetkan dapat beroperasi sekitar 2024-2025. Artinya, KAI Commuter akan mendatangkan sebanyak total 36 kereta dari luar negeri. Meski demikian, Anne masih enggan menyebutkan negara asal trainset yang akan diimpor oleh perusahaan.
Anne mengatakan perusahaan berupaya mencari pendanaan dari sejumlah sumber dalam upaya penambahan dan peremajaan KRL. Salah satunya, suntikan dana dari induk usaha, yaitu PT Kereta Api Indonesia (KAI) sekitar Rp800 miliar. Kemudian, perusahaan juga berupaya mencari pinjaman dari bank hingga Rp3,8 triliun. Dia mengatakan, pinjaman tersebut akan berasal dari bank Himbara atau bank pelat merah tanpa menyebutkan bank BUMN yang dimaksud.
Selanjutnya, KAI Commuter juga akan mencari pendanaan melalui penyertaan modal negara (PMN) dan juga penyesuaian skema public service obligation atau PSO. Selain itu, KAI Commuter akan memulai proses retrofit 19 rangkaian kereta dengan PT Industri Kereta Api Indonesia (Persero) atau Inka pada tahun ini. Anne mengatakan, kebutuhan dana untuk retrofit kereta-kereta tersebut adalah sekitar Rp2,23 triliun. Kendati demikian, proses retrofit ini akan berdampak pada turunnya jumlah armada operasional. Meski demikian, dia memastikan KAI Commuter tidak akan mengurangi frekuensi perjalanan kereta per harinya. “Dalam masa pengadaan impor KRL dan retrofit, kebijakan KCI tidak akan mengurangi frekuensi perjalanan,” kata Anne.
+ There are no comments
Add yours