Pengusaha sawit nasional optimistis prospek industri minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada 2024 akan lebih baik dibandingkan tahun ini. Hal ini seiring dengan perbaikan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia ini.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Edi Martono mengungkapkan, sepanjang 2023 industri minyak sawit tidak lebih baik dari tahun lalu, terutama dalam harga. Dari data Refinitiv, harga CPO diperdagangkan di level MYR 3.741 per ton hari ini, Kamis (2/11/2023). Harga CPO ini meningkat 1,44% dari perdagangan kemarin. Adapun, harga CPO ini mengalami penurunan sebesar 12,03% dari MYR 4.253.
Lebih lanjut, Edi mengatakan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia telah mengalami stagnasi produksi sejak beberapa tahun terakhir. Hal ini, menurutnya, disebabkan oleh progres yang lamban dari penanaman oleh petani kecil.
“El Nino tahun ini akan mempengaruhi produksi tahun depan. Sementara itu, pemerintah akan terus menjalankan B35 dengan pertumbuhan konsumsi domestik untuk makanan dan industri,” ungkap Edi.
Hal ini tentunya akan menjadi tantangan produksi ke depan. Dia pun mewanti-wanti rendahnya stok kelapa sawit Indonesia pada tahun depan. Hingga Agustus 2023, Edi mengatakan produksi baru mencapai 36,3 juta ton. Dengan kinerja ekspor biodiesel dan oleochemical tercatat sebesar 23,4 juta ton. “Ini berkontribusi sekitar US$ 20,6 miliar ke cadangan devisa Indonesia,” ungkapnya.
+ There are no comments
Add yours