Surabaya – Nilai tukar rupiah dibuka menguat terhadap dolar AS pada sesi perdagangan hari ini, Selasa 31 Oktober 2023, seiring kekhawatiran pasar terhadap keputusan suku bunga The Fed pada Rabu 1 November 2023 besok. Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 09:00 WIB, rupiah dibuka menguat 0,12% atau 18 poin ke posisi Rp 15.871 per dolar AS. Di saat yang sama, indeks dolar naik 0,13% menjadi 106,070. Beberapa mata uang Asia lainnya berfluktuasi secara berbeda dibandingkan dengan dolar AS. Yen Jepang melemah 0,23%, dolar Hongkong melemah 0,06%, dolar Singapura melemah 0,05%, dolar Taiwan melemah 0,01%, rupee India melemah 0,01%, yuan China melemah 0,08%, dan baht Thailand melemah 0,08%. Sementara mata uang yang terapresiasi bersama rupiah adalah ringgit Malaysia yang menguat 0,10%, peso Filipina yang menguat 0,06%, dan won Korea yang menguat 0,27%.
Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo dan Ibrahim Assuaibi memperkirakan hari ini rupiah akan dibuka kisaran namun ditutup melemah antara Rp 15.870 sampai Rp 15.950. Indeks dolar menaik terhadap beberapa mata uang lainnya, mempertahankan sebagian besar kenaikan dari minggu kemarin, karena beberapa pasar masih khawatir terhadap keputusan suku bunga Fed pada hari Rabu dan hasil Treasury AS juga naik tajam pada Senin, tetapi masih berada di dalam kisaran tertinggi akhir-akhir ini. Sementara kini, BOJ memulai pertemuan kebijakan moneter yang akan dilaksananakan dua hari pada hari Senin, memimpin minggu yang akan melihat keputusan mengenai suku bunga Federal Reserve AS dan Bank of England.
Saat ini fokus pasar adalah pada kesimpulan pertemuan BOJ hari Selasa, yang di mana bank sentral diperkirakan mengumumkan perubahan lebih akan kebijakan pengendalian kurva imbal hasil lebih lanjut, dikarenakan bank sentral itu bergulat dengan inflasi lebih tinggi. Para ekonom beroptimis bahwa ekonomi Indonesia dapat tumbuh di angka 5 persen di tengah adanya dua konflik geopolitik, membuat dinamika global yang diterpa ketidakpastian. Belum selesai konflik antara Rusia dan Ukraina, dunia saat ini mengalami turbelensi kembali. Serangan Hamas pada Israel memicu ketegangan di wilayah Timur Tengah. Pasokan komoditas tersendat, naiknya harga minyak memberi dampak pada berbagai negara.
+ There are no comments
Add yours