SURABAYA – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menargetkan kredit segmen korporasi tumbuh 9 hingga 10 persen tahun ini.
Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Susana Indah K. Indriati menuturkan analisis itu didasari dari perkembangan kredit korporasi Bank Mandiri yang naik menjadi sekitar 8,9 persen di pertengahan tahun 2023.
“Strategi yang kita lakukan untuk mencapai kredit tetap akan berfokus pada sektor-sektor yang kita punya expertise. Kami juga tetap prudent, dalam artian kita harus berhati-hati dan selalu memilih potensi bisnis yang ada,” katanya, Senin (11/9/2023).
Beberapa sektor terbukti tumbuh dengan baik dan terus menjadi bidikan Bank Mandiri meliputi perkebunan, logistik, mining, healthcare, dan properti.
Adapun, saat ini konfigurasi nasabah wholesale termasuk korporasi BMRI masih terus mendominasi dibanding nasabah ritel dengan perbandingan 60 persen nasabah wholesale dan 40 persen nasabah ritel.
PT Bank Mandiri (persero) Tbk. (BMRI) sendiri telah membukukan penyaluran kredit korporasi sebesar Rp432,9 triliun pada semester I/2023, naik 5,99 persen yoy. Namun, hal ini bukan berarti angin segar, sebab kredit korporasi bank tercatat menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya 10,6 persen yoy.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit korporasi lesu, setidaknya pada pertengahan tahun ini.
Berdasarkan Survei Penawaran dan Permintaan Pembiayaan Perbankan yang dirilis oleh BI, pada Juli 2023 gelagat kebutuhan pembiayaan korporasi tetap naik tecermin dari saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 17,6 persen.
Meski bertambah naik, namun SBT pembiayaan korporasi pada Juli 2023 itu melambat jika dibandingkan dengan SBT pembiayaan korporasi pada Juni 2023 sebesar 17,8 persen. Penyusutan terjadi terutama karena dampak penurunan kegiatan operasional yang disebabkan lemahnya permintaan domestik dan ekspor serta penundaan sejumlah rencana investasi.
Di perbankan, kondisi lesunya kredit korporasi tidak hanya terjadi pada BMRI saja. BRI misalnya, kredit korporasi hanya bertambah 1 persen yoy menjadi Rp186,6 triliun pada pertengahan 2023. Sementara, pada periode yang sama 2022, kredit korporasi BRI mampu tumbuh 6,1 persen.
Secara total BRI telah menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp1.202,13 triliun.
Direktur Utama Sunarso mengatakan penopang utama kredit berasal dari segmen mikro yaitu UMKM yang tumbuh 11,41 persen menjadi Rp577,94 triliun yoy.
Tercatat, hingga Juni 2023 porsi kredit yang difokuskan kepada UMKM mencapai 84,48 persen atau senilai Rp1.015,54 triliun dari semua total kredit BRI.
“Hal ini menjadi hal yang pertama kali, kredit BRI menembus angka di atas Rp1.000 triliun. Jadi, ini adalah angka UMKM pertama di BRI dan sudah pasti di Indonesia,” jelasnya dalam paparan kinerja pekan lalu.
Jika menilik sisi lain, tepatnya BCA kredit korporasi tumbuh 5,1 persen yoy menjadi Rp326,0 triliun pada semester I/2023. Pertumbuhan kredit korporasi di BCA ini bantat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya atau semester I/2022 yang bisa tumbuh hingga 19,1 persen yoy.
“Kredit korporasi agak kurang baik dibandingkan sebelumnya. Hanya tumbuh 5,1 persen,” kata Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam paparan kinerja BCA pada Juli lalu (24/7/2023). Padahal, segmen kredit ini sangat diandalkan BCA.
Total porsi kredit korporasi terhadap keseluruhan kredit BCA pada semester I/2023 mencapai 44,3 persen. Ia menjabarkan beberapa faktor ketidak optimalan kredit korporasi tahun ini,
“Kalau tahun lalu proyek infrastruktur seperti jalan tol, pelabuhan, juga power plant cukup besar, bukan hanya swasta tapi juga BUMN. Sementara dari awal tahun hingga Juni tahun ini sektor itu kurang berkembang,” ujarnya.
Faktor lainnya kredit investasi walau sudah mulai berkembang, tapi tidak selancar tahun sebelumnya. Tak hanya itu, politik turut serta menjadi salah satu faktornya,
“Mungkin mendekati pemilu banyak pengusaha wait and see. Meskipun pengalaman kita pemilu, tidak terjadi apa-apa, investasi juga ekonomi back to normal,” ucap Jahja.
+ There are no comments
Add yours