JAKARTA – Penurunan transaksi digital, khususnya QRIS, menjadi indikator makin sulitnya kehidupan kelas menengah di Indonesia. Data dari Bank Jatim menunjukkan bahwa nominal transaksi QRIS Merchant turun tajam dari Rp176,30 miliar pada Juni 2024 menjadi Rp127,91 miliar pada Juli, dan hanya sedikit naik menjadi Rp130,51 miliar pada Agustus. Penurunan ini beriringan dengan deflasi inti sejak Mei, meskipun transaksi melalui layanan digital lain seperti J Connect masih mencatat pertumbuhan positif.

Tidak hanya Bank Jatim, bank lain seperti OK Bank Indonesia dan Bank BJB juga merasakan dampaknya. OK Bank mencatat penurunan tabungan sebesar 12% secara tahunan hingga awal September 2024, mencerminkan penurunan daya beli masyarakat yang kini lebih fokus pada kebutuhan pokok. Bank BJB melaporkan bahwa meski frekuensi transaksi masih tumbuh, nilai transaksi nasabah menurun karena inflasi telah menekan daya beli, sehingga uang yang sama kini hanya mampu membeli lebih sedikit barang.

Secara nasional, data BPS menunjukkan bahwa kelas menengah Indonesia menyusut dari 56,33 juta orang (2019) menjadi 47,85 juta orang (2024), atau setara 17,13% dari total penduduk. Sebaliknya, kelompok kelas menengah rentan naik menjadi 137,5 juta orang dan kelompok rentan miskin meningkat menjadi 67,69 juta orang. Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 9,48 juta warga kelas menengah mengalami penurunan status sosial ekonomi ke kelompok yang lebih rentan dalam lima tahun terakhir.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours