JAKARTA – Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi, menilai pelemahan nilai tukar rupiah dipicu oleh ketidakpastian global akibat pernyataan yang saling bertentangan antara Amerika Serikat dan China terkait negosiasi tarif dagang. Presiden AS Donald Trump dan Menteri Keuangan Scott Bessent menyebut negosiasi dengan China sedang berlangsung, namun pemerintah China membantahnya dan menyatakan tidak ada dialog terkait tarif, serta menuntut negosiasi yang adil dan saling menguntungkan.

Ketegangan ini menciptakan kekhawatiran pasar terhadap prospek pertumbuhan global dan berdampak pada stabilitas nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia. Ibrahim menyatakan bahwa pasar terguncang oleh sinyal yang bertolak belakang dari kedua negara adidaya tersebut, yang menyebabkan pelemahan pada mata uang rupiah.

Dari sisi domestik, Ibrahim juga mengungkapkan pesimisme terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8 persen pada 2029. Menurutnya, dibutuhkan rata-rata pertumbuhan tahunan 6,76 persen selama 2026–2029, yang memerlukan akselerasi investasi, ekspor ke pasar nontradisional, serta transformasi sektor manufaktur dan digital. Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah melemah 26 poin ke Rp16.856 per dolar AS, sementara kurs JISDOR tercatat melemah ke Rp16.862.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours