Pasar komoditas global mengalami tekanan berat sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada Rabu (2/4/2025). Indeks S&P GSCI, yang memantau pergerakan harga energi, logam, dan agrikultur, terkoreksi lebih dari 8% hanya dalam waktu sembilan hari. Ketegangan dagang yang kembali memanas setelah keputusan Trump membuat harga minyak, tembaga, dan hasil pertanian terjun bebas, memicu kekhawatiran bahwa dunia sedang menuju resesi global.

Menurut data S&P Global, sektor energi mencatat pelemahan paling tajam dengan koreksi 12%, disusul logam industri 9%, dan agrikultur 5,2%. Di tengah situasi ini, China membalas dengan menaikkan tarif impor menjadi 125%, memperparah pelemahan permintaan global. Harga minyak Brent dan WTI pun jatuh ke level terendah empat tahun terakhir, sementara harga tembaga di New York merosot 16% sejak awal April akibat lesunya sektor properti di China dan prospek melambatnya ekonomi AS.

Kondisi ini memperkuat kekhawatiran pelambatan ekonomi global yang makin terstruktur. JPMorgan memperkirakan PDB AS akan terkontraksi 0,3% tahun ini, dan Fitch Solutions mencatat probabilitas resesi AS telah menembus 50%. Analis dari berbagai institusi menyebut sentimen pasar kini memburuk dengan cepat, didorong oleh ketegangan geopolitik dan hilangnya kepercayaan terhadap prospek permintaan. Gelombang jual besar-besaran di pasar komoditas bahkan diperkirakan baru permulaan jika krisis kepercayaan semakin dalam.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours