Jakarta – Awal 2025 jadi momen penting buat ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) per Januari 2025 yang menunjukkan deflasi sebesar 0,76% (mtm). Deflasi ini dipicu faktor musiman, termasuk diskon tarif listrik di awal tahun. Tapi, perhatian pasar nggak berhenti di situ—hari ini, Rabu (5/2/2025), BPS dijadwalkan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2024 sekaligus PDB sepanjang 2024, yang jadi sorotan utama pelaku pasar dan ekonom.

Menurut Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, pasar sempat terkejut karena deflasi lebih dalam dari perkiraan. Meski begitu, kekhawatiran justru muncul soal melemahnya konsumsi domestik. “Indeks penjualan ritel sejak Agustus 2024 terus menurun, menunjukkan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah, sedang lesu,” ujarnya. Prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024 pun hanya sekitar 4,96% (yoy), lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya.

Sementara itu, pasar global juga ikut bergejolak. Kebijakan tarif baru dari Donald Trump, ketegangan perdagangan AS-China, dan fluktuasi harga komoditas turut mempengaruhi pergerakan pasar Indonesia. IHSG sempat dibuka melemah di level 7.062,26, meski perlahan bangkit. Rupiah justru menunjukkan performa positif, menguat 0,41% ke Rp 16.367 per dolar AS. Pasar kini menanti apakah data PDB bisa memberi angin segar di tengah dinamika global yang penuh kejutan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours