JAKARTA – Harga kebutuhan pokok, termasuk makanan dan minuman, diperkirakan naik hingga 20% pada 2025 menurut studi Chartered Institute of Procurement and Supply (CIPS). Kenaikan ini disebabkan oleh ketidakstabilan geopolitik, gangguan rantai pasokan, dan ancaman keamanan siber. Barang seperti elektronik, mesin, bahan kimia, dan produk minyak bumi juga diramalkan mengalami lonjakan harga serupa. Kenaikan biaya ini akan berdampak pada bisnis yang kemungkinan membebankan tambahan biaya tersebut kepada konsumen.

Masalah ini diperparah oleh kebijakan tarif yang direncanakan Donald Trump setelah pelantikannya sebagai presiden AS pada 20 Januari, termasuk tarif 10% pada impor global dan hingga 60% pada barang dari China. Hal ini mendorong perusahaan mempercepat pengiriman barang untuk menghindari tarif baru. Selain itu, gangguan di jalur pengiriman, seperti serangan milisi Houthi di Laut Merah dan peningkatan biaya logistik melalui Tanjung Harapan, turut menambah tekanan pada rantai pasokan global.

Di Amerika Serikat, aksi mogok pekerja pelabuhan di pantai timur yang mungkin berlanjut setelah negosiasi kontrak kembali dibuka juga mengancam kelancaran pengiriman barang. Menurut Kepala Eksekutif CIPS, Ben Farrell, semua tantangan strategis ini perlu dikelola dengan efektif agar dampaknya pada konsumen dapat diminimalkan, mengingat konsumen berisiko terkena dampak yang paling besar.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours