Cadangan Nikel Menipis, Imbas Pengembangan Fasilitas Pengolahan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) buka-bukaan perihal cadangan nikel Indonesia yang kian menipis atau tersisa hanya kurun waktu 6 – 15 tahun lagi. Menipisnya cadangan nikel di Indonesia sejatinya imbas dari banyaknya pengembangan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter).

Tercatat, untuk nikel melalui proses pirometalurgi di Indonesia atau yang memproses nikel kadar tinggi terdapat sebanyak 44 smelter sedangkan untuk nikel yang melalui proses hidrometalurgi yang memproses nikel kadar rendah sebanyak 3 smelter. Saat ini masih terdapat smelter nikel dalam tahap konstruksi, diantaranya untuk proses pirometalurgi terdapat sebanyak 25 smelter dan smelter nikel melalui proses hidrometalurgi terdapat 6 smelter dalam tahap konstruksi. Bahkan, masih ada rencana pembangunan smelter pirometalurgi sebanyak 28 smelter dan untuk smelter dengan proses hidrometalurgi sedang dalam tahap perencanaan sebanyak 10 smelter.

Stafsus Menteri ESDM bidang Tata Kelola Mineral dan Batu Bara, Irwandy menyebutkan, secara keseluruhan cadangan nikel baik jenis saprolit dan limonit kira-kira tersisa 5,2 miliar ton. Sementara dengan konsumsi yang seperti disampaikan atau mencapai sekitar 210 juta ton saprolite dan 23,5 juta ton limonit maka umurnya hanya tersisa 6 – 11 tahun lagi.

Di tengah cadangan yang menipis, Irwandy menyebutkan bahwa Indonesia masih memiliki sumber daya nikel sekitar 17 miliar ton di luar green area yang belum dieksplorasi. “Jadi ini memang sesuatu yang menurut saya perlu kita pikirkan bersama, jangan-jangan beberapa tahun ke depan kita menjadi pengimpor bijih nikel. Inilah kira-kira esensi dari supply demand yang terjadi saat ini,” ungkap Irwandy.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours