Akhir-akhir ini harga batu bara menunjukkan tren penurunan. Terbukti, perpenutupan perdagangan kemarin harga batu bara ICE Newcastle kontrak November ditutup di posisi US$ 142 per ton atau terkoreksi 2,97% pada perdagangan Kamis (19/10/2023). Equity Research Analyst NH Korindo Sekuritas Indonesia, Leonardo Lijuwardi mengatakan ke depannya bahkan sampai akhir tahun 2023 ini harga batu bara diramal hanya akan bergerak naik tipis di kisaran US$ 150 hingga US$160 per ton. “Mungkin sampai hingga akhir tahun kalau saya lihat, mungkin akan mengalami peningkatan sih seperti itu. Mungkin akan kembali ke US$ 150 atau US$ 160 (per ton) hingga akhir tahun,”
Alasan dibalik perkiraan harga batu bara yang naik tidak terlalu signifikan di akhir tahun adalah karena negara Jerman baru-baru ini meresmikan pembangkit dengan sumber energi batu bara. Leo menilai hal tersebut bisa meningkatkan permintaan batu bara dari Indonesia. “Menurut saya mungkin untuk kan baru-baru ini Jerman juga mengumumkan bahwa mereka akan kembali membuka power plant ya untuk yang bakar batu bara. Nah seperti itu mungkin akan meningkatkan demand dari fossil energy,” jelasnya. Adapun dia juga menyinggung program transisi energi di dunia yang membutuhkkan dana besar bisa membuat batu bara terus menjadi sumber energi andalan yang murah dan efisien. Ia menilai hal tersebut bisa mendorong permintaan akan batu bara meningkat. “Kalau untuk transisi ke EBT dan itu kan mungkin membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain itu kalau kita lihat bahwa salah satu sumber bahan bakar fosil yang paling efisien salah satunya dari batu bara. Jadi permintaan akan cukup meningkat sih seperti itu,” ujar Leo.
+ There are no comments
Add yours