JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan bahwa serangkaian stimulus fiskal terbaru dari pemerintah China tidak cukup untuk menangani risiko deflasi yang dihadapi oleh negara tersebut. Krishna Srinivasan, Kepala Departemen Asia Pasifik IMF menjelaskan bahwa meskipun langkah-langkah ini dapat meningkatkan pertumbuhan China hingga 4,8%, pemerintah perlu menginvestasikan lebih banyak dana untuk menangani krisis properti dan mengurangi tekanan harga.
Kepala Departemen Asia Pasifik IMF Krishna Srinivasan merekomendasikan agar China mengalokasikan sekitar 5% dari produk domestik brutonya yang setara dengan 6,3 triliun yuan atau US$885 miliar untuk menstabilkan masalah perumahan. Meskipun IMF tidak memberikan batas waktu spesifik, mereka sebelumnya menyarankan agar pengeluaran ini dapat berlangsung hingga empat tahun. Kini, investor dan ekonom menantikan rincian lebih lanjut mengenai langkah pemerintah untuk mendukung ekonomi yang melambat.
Krisis real estat di China telah menghapus sekitar US$18 triliun dari kekayaan rumah tangga dan menyebabkan deflasi terpanjang sejak 1999. Untuk mengatasi situasi ini, pemerintah telah mengumumkan pemotongan suku bunga hipotek dan penurunan uang muka untuk pembelian rumah kedua. Namun, Srinivasan menekankan bahwa tantangan utama tetap pada lemahnya permintaan domestik, dan hanya waktu yang akan menentukan kapan indikator deflator PDB dapat kembali positif.
+ There are no comments
Add yours