Jakarta – Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, mengungkapkan tiga risiko yang dapat mengganggu iklim ekonomi Indonesia di tengah kebijakan moneter global yang semakin longgar. Meskipun arus modal asing diprediksi akan masuk dan nilai tukar rupiah menguat, terdapat tantangan yang harus diantisipasi, mulai dari konflik geopolitik hingga perubahan iklim.
Juda Agung menjelaskan bahwa konflik geopolitik, seperti yang terjadi di Timur Tengah, dapat memengaruhi ekonomi global melalui harga minyak dan rantai pasok. Selain itu, digitalisasi sektor keuangan juga membawa risiko operasional, termasuk ancaman siber dan kegagalan layanan penyedia teknologi kritikal, seperti cloud service provider, yang dapat menimbulkan risiko sistemik.
Risiko terakhir adalah perubahan iklim yang memengaruhi nilai aset berbasis energi fosil dan pendanaan bisnis yang tidak ramah lingkungan. Sektor keuangan diharapkan mampu mengukur emisi dan mengurangi dampak lingkungan guna mengantisipasi risiko ini, yang diproyeksikan menjadi ancaman terbesar dalam sepuluh tahun ke depan.
+ There are no comments
Add yours