JAKARTA – Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 6% disambut dengan antusias oleh pasar dan pelaku ekonomi, yang percaya bahwa langkah ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Ekonom dan Assiciate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto, menilai langkah ini berani karena diambil sebelum pengumuman suku bunga The Fed. Jika The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya, hal ini bisa menambah risiko bagi perekonomian Indonesia akibat selisih yang semakin besar. Namun, keputusan BI terbukti tepat dan direspons positif dengan pelonggaran kebijakan moneter.
“Dikatakan berani dan taktis karena keputusan ini dilakukan mendahului keputusan The Fed yang baru akan memutuskan apakah akan menurunkan atau menahan suku bunga Fed [FFR] pada pertemuan 20—21 September nanti,” terang Ryan, Rabu (18/9/2024).
Ryan yakin bahwa penurunan suku bunga ini tepat pada waktunya, selaras dengan kondisi domestik yang baik, seperti inflasi yang rendah dan stabilnya nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan lima alasan di balik keputusan ini, termasuk keyakinan bahwa The Fed akan mengurangi suku bunganya hingga tiga kali tahun ini. Penurunan suku bunga diharapkan dapat meningkatkan kredit dan permintaan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor, termasuk UMKM.
Perry optimis bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap pada kisaran 4,7%—5,5% untuk tahun 2024, dengan harapan bahwa faktor-faktor seperti konsumsi rumah tangga dan peningkatan belanja pemerintah akan mendukung permintaan domestik. Indikator terkini menunjukkan aktivitas ekonomi yang positif, termasuk keyakinan konsumen dan penjualan eceran. Untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik, diperlukan upaya lebih lanjut dari sisi permintaan dan penawaran.
+ There are no comments
Add yours