Jakarta – Memasuki September 2024, Indonesia dihadapkan pada tantangan ekonomi yang serius dengan kabar buruk mengenai deflasi yang berlangsung selama empat bulan berturut-turut, disertai dengan kontraksi PMI manufaktur.
Pada Senin (2/9/2024), Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk Agustus 2024 kembali mengalami deflasi, mencatatkan penurunan bulanan yang mengejutkan sebesar 0,03%.
Lebih lanjut, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga mengalami kontraksi untuk dua bulan berturut-turut, mencapai 48,9 pada Agustus 2024, turun dari 49,3 pada Juli 2024. Kondisi ini mengindikasikan adanya pelemahan daya beli masyarakat yang terus berlanjut, terutama di tengah ketidakstabilan ekonomi global dan domestik. Menurut Hosianna Situmorang, Ekonom Bank Danamon, deflasi ini sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga pangan yang bersifat volatil.
Paul Smith dari S&P Global Market Intelligence menambahkan bahwa penurunan dalam manufaktur Indonesia semakin intensif, ditandai dengan penurunan tajam dalam pesanan baru dan output untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Hal ini semakin memperjelas kondisi ekonomi yang sedang mengalami tekanan, dan menurut Fithra Faisal, Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, diperlukan dukungan kebijakan yang potensial untuk menstabilkan sektor manufaktur ini.
+ There are no comments
Add yours