Sejumlah indikator menunjukkan adanya perlambatan konsumsi dan daya beli masyarakat. Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran mengingat konsumsi adalah tulang punggung ekonomi Indonesia.
Perlambatan permintaan dan ekonomi mulai terlihat pada penjualan motor, penjualan ritel, hingga kepercayaan bisnis. Perlambatan ini tentu menjadi lampu kuning bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dengan konsumsi yang melambat maka pertumbuhan ekonomi di masa-masa terakhir Jokowi justru bisa memburuk.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), peranan konsumsi rumah tangga sebesar 54,93% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I-2024.
Lebih lanjut, konsumsi rumah tangga juga menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, yakni sebesar 2,62% dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 sebesar 5,11%.
Sebelumnya pada 2023, konsumsi rumah tangga cenderung menurun yang dipicu oleh berkurangnya belanja kalangan kelas menengah. Pemerintah menganggap, kondisi itu dipicu oleh dinamika selama masa Pemilu atau Pilpres 2024.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, ketidakpastian ekonomi itu juga dipicu oleh tekanan ekonomi global, di samping adanya faktor ketidakpastian dari kondisi pesta demokrasi di tanah air.
Ketidakpastian atau risiko ke depan itu seperti tensi geopolitik yang tak kunjung selesai, yang di antaranya konflik Rusia-Ukraina hingga perang Israel-Palestina, melemahnya ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia seperti China, suku bunga tinggi, hingga tekanan fluktuasi harga komoditas.
+ There are no comments
Add yours