Jakarta – Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Khudori, mendesak pemerintah untuk segera mengubah mekanisme penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Menurutnya, operasi pasar yang dilakukan saat ini tidak efektif menekan harga beras karena lebih banyak menyasar konsumen akhir melalui mitra-mitra penyalur. Padahal, penyerapan beras per gerai sangat rendah, hanya sekitar 184 kilogram per hari. Kondisi ini membuat target penyaluran beras sebesar 1,5 juta ton hingga akhir tahun sulit tercapai.

Khudori menekankan bahwa kunci keberhasilan stabilisasi harga adalah dengan mengguyur pasokan ke pedagang pasar grosir, bukan hanya ke toko-toko yang melayani konsumen langsung. Ia mencontohkan, pasar grosir strategis seperti Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) memiliki peran vital dalam menentukan harga eceran. Dengan membanjiri pasar grosir, stok beras akan melimpah dan harga di tingkat pedagang eceran akan lebih cepat turun. Meskipun ada risiko kecurangan, ia yakin pengawasan ketat dari Satgas Pangan dan penggunaan kemasan SPHP 5 kg bisa meminimalkan potensi tersebut.

Selain kurang efektif, perubahan mekanisme ini juga dianggap mendesak karena sebagian besar stok cadangan beras pemerintah (CBP) sudah lebih dari empat bulan tersimpan di gudang Bulog. Jika tidak segera disalurkan, risiko penurunan mutu beras dan pembengkakan biaya penyimpanan akan semakin besar. Khudori menegaskan kembali bahwa operasi pasar harus kembali ke esensinya, yaitu menjadikan pasar sebagai instrumen utama untuk menyalurkan beras, guna memastikan harga kembali stabil dan terjangkau bagi masyarakat.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours