JAKARTA, 15 Juli 2025 – Pertumbuhan ekonomi China mencapai 5,2% pada kuartal II-2025, melampaui proyeksi analis namun lebih rendah dari kuartal sebelumnya (5,4%). Meskipun angka ini masih di atas target pemerintah (5%), perlambatan tersebut memicu kekhawatiran dan meningkatkan tekanan bagi pemerintah untuk menggelontorkan stimulus lebih besar. Sektor properti yang terus mengalami kontraksi (11,2% pada semester I), investasi aset tetap yang lesu (2,8%), dan tingkat pengangguran perkotaan yang stagnan di 5%, memperkuat sentimen tersebut. Meskipun sektor industri menunjukkan kinerja positif (pertumbuhan 6,8%), kelemahan di sektor lain menimbulkan keraguan tentang keberlanjutan pemulihan ekonomi. Stimulus yang telah diluncurkan, termasuk subsidi ekspor dan insentif perekrutan, tampaknya belum cukup efektif untuk mengatasi tantangan struktural yang mendalam. Para ekonom, termasuk penasihat bank sentral, menyerukan stimulus fiskal tambahan yang signifikan untuk mendorong konsumsi dan mengimbangi dampak negatif dari krisis properti dan ketegangan perdagangan yang masih ada dengan Amerika Serikat. Kesepakatan gencatan senjata tarif dengan AS telah mengurangi sedikit ketegangan, namun kesepakatan permanen masih harus diraih sebelum 12 Agustus. Ke depan, pemerintah China dihadapkan pada dilema: segera menggelontorkan stimulus besar-besaran dengan risiko inflasi dan utang yang membengkak, atau menunggu dan berharap perbaikan ekonomi terjadi secara organik, dengan risiko perlambatan yang lebih parah. Keputusan yang diambil akan sangat menentukan arah perekonomian China dalam jangka menengah dan panjang.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours