Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan kondisi industri minyak Indonesia yang mengalami penurunan signifikan dibandingkan beberapa dekade lalu. Dalam acara Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2025, Rabu (21/5/2025), Bahlil menyebut bahwa pada tahun 1997 Indonesia mampu memproduksi hingga 1,5–1,6 juta barel minyak per hari (bph), dengan konsumsi domestik hanya sekitar 500 ribu bph, sehingga Indonesia masih bisa mengekspor minyak.
Namun, kondisi saat ini sangat berbeda. Pada 2024, realisasi lifting minyak hanya mencapai 579.000 bph, jauh di bawah target APBN sebesar 635.000 bph. Di sisi lain, konsumsi minyak nasional justru melonjak hingga 1,6 juta bph, menyebabkan Indonesia bergantung pada impor minyak dan gas. “Dulu kita ekspor, sekarang kita justru impor karena lifting hanya 580 ribu barel,” ujar Bahlil.
Untuk gas bumi, realisasi lifting pada 2024 tercatat sebesar 5.749 mmscfd, dengan pemanfaatan sebesar 1.905 mmscfd untuk ekspor dan 3.881 mmscfd untuk kebutuhan dalam negeri. Bahlil menekankan pentingnya langkah strategis dalam meningkatkan produksi dan efisiensi industri migas agar Indonesia bisa kembali mengurangi ketergantungan terhadap impor energi.
+ There are no comments
Add yours