JAKARTA- Platform e-commerce asal China, Temu, mengalami perubahan besar akibat dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Perang dagang ini dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menetapkan tarif masuk baru terhadap produk dari sejumlah negara, termasuk China, sejak bulan lalu. Akibatnya, Temu yang sebelumnya banyak mengandalkan pengiriman barang dari China ke AS kini terpaksa menyesuaikan strategi bisnisnya.
Sejak diberlakukannya tarif baru tersebut, Temu mulai melakukan perubahan kebijakan, seperti menaikkan harga produk yang dikirim dari China ke AS, dan terbaru, menghapus seluruh produk dari China untuk pasar AS. Kini, pengguna Temu di AS hanya dapat melihat produk berlabel ‘lokal’, yaitu barang-barang yang berasal dari gudang di dalam negeri untuk menghindari beban tarif. Kondisi ini menyebabkan pilihan produk menjadi lebih sedikit, bahkan banyak barang yang masuk dalam wishlist pengguna langsung habis terjual.
Dampak kebijakan ini juga dirasakan oleh para penjual di China, yang kini kehilangan akses ke pasar AS tanpa pemberitahuan yang jelas dari pihak Temu. Sejumlah penjual mengaku tidak mengetahui bahwa produk mereka telah diblokir untuk konsumen AS. Analis e-commerce, Juozas Kaziukena, menyebut langkah Temu ini meniru model bisnis Amazon, di mana semua produk untuk konsumen dikirim dari gudang lokal. Kebijakan ini membuat persaingan e-commerce global semakin ketat dan berdampak luas, baik bagi penjual maupun konsumen.
+ There are no comments
Add yours