JAKARTA-Ancaman datang dari para pengusaha logistik yang mulai mempertimbangkan untuk tidak lagi menggunakan jalan tol sebagai jalur utama distribusi. Keputusan ini muncul akibat kenaikan tarif tol yang dianggap tidak sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Para pelaku usaha menilai, biaya operasional yang membengkak akibat tarif tol justru menurunkan efisiensi distribusi barang, apalagi saat ini sektor logistik sedang berupaya menekan pengeluaran di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil.
Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menyebutkan bahwa tarif tol yang terus naik tidak diimbangi dengan perbaikan fasilitas dan pelayanan di ruas jalan tol, seperti rest area yang terbatas serta kemacetan yang masih kerap terjadi. Hal ini membuat waktu tempuh pengiriman tidak jauh berbeda dengan jalan non-tol, sehingga manfaat penggunaan tol menjadi kurang signifikan. Jika situasi ini dibiarkan, bukan tidak mungkin kendaraan logistik akan beralih ke jalur alternatif yang lebih murah meski lebih padat.
Pemerintah pun diminta untuk turun tangan mencari solusi terbaik, agar jalan tol tetap menjadi pilihan utama transportasi logistik nasional. Salah satu usulan yang mencuat adalah adanya tarif khusus bagi kendaraan logistik, atau insentif yang bisa meringankan beban biaya mereka. Jika tidak segera diatasi, potensi penurunan volume kendaraan logistik di jalan tol bisa berdampak pada penurunan pemasukan tol dan terganggunya kelancaran distribusi barang di seluruh wilayah Indonesia.
+ There are no comments
Add yours