Jakarta – Harga emas melonjak tajam dan mencetak rekor baru sepanjang sejarah di level US$ 3.210,02 per troy ons pada perdagangan Jumat (11/4/2025), berdasarkan data Refinitiv. Kenaikan sebesar 1,13% ini didorong oleh kekhawatiran resesi global dan memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Bahkan, harga emas sempat menyentuh level intraday tertinggi di US$ 3.245,28 per troy ons, menandai kali pertama logam mulia ini menembus level psikologis US$ 3.200.
Siapa yang diuntungkan dari lonjakan ini? Para investor mencari perlindungan di aset safe haven seperti emas, menyusul pelemahan dolar AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik. Ahli strategi komoditas dari WisdomTree, Nitesh Shah, menyatakan bahwa perang dagang Trump yang terus memanas serta depresiasi dolar AS membuat emas menjadi pilihan lindung nilai utama. China dan AS saling menaikkan tarif impor, masing-masing hingga 125% dan 145%, memperparah kondisi perdagangan global.
Bagaimana ke depan? Analis memproyeksikan tren naik harga emas masih berlanjut, terutama karena ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed mulai Juni mendatang. Dalam satu pekan terakhir, harga emas telah naik 6,55%, tertinggi sejak Maret 2020 saat pandemi melanda. Kombinasi dari pelemahan dolar, aliran dana ke ETF emas, dan dukungan bank sentral global memperkuat reli emas, meski sejumlah analis mengingatkan potensi koreksi jika ketegangan global mereda atau ekonomi AS membaik secara signifikan.
+ There are no comments
Add yours