Jakarta – Meski kini industri hilirisasi nikel di Indonesia banyak didominasi perusahaan asal China, nyatanya pelopor hilirisasi komoditas strategis ini justru berasal dari dalam negeri. Dua perusahaan, yakni PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), tercatat sebagai pionir industrialisasi nikel di Indonesia. Direktur Utama Vale, Febriany Eddy, menyebut pihaknya bahkan tidak pernah mengekspor bijih mentah nikel sejak tahun 1978.

Menurut Febriany, hilirisasi sudah menjadi bagian dari identitas Vale sejak lebih dari lima dekade silam. “Vale dan Antam adalah dua yang memulai industrialisasi nikel di Tanah Air. Jadi sebenarnya kalau hilirisasi sudah menjadi bagian dari jati diri kita,” ujarnya pada Selasa (8/4/2025). Saat ini, Vale terus mengembangkan proses pemurnian nikel di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara.

Vale pun sedang menjalankan tiga proyek hilirisasi strategis berbasis ekonomi hijau dan rendah karbon dengan total investasi mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp130 triliun. Proyek tersebut mencakup smelter HPAL di Pomalaa, Sulawesi Tenggara; smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah; dan smelter HPAL di Sorowako, Sulawesi Selatan. Proyek-proyek ini melibatkan mitra global seperti Huayou Cobalt, Ford Motor Co, dan Shandong Xinhai, yang memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok nikel dunia.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours