Jakarta – Tren deflasi dua bulan berturut-turut akhirnya terhenti. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat lonjakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025, yang dipicu oleh kenaikan signifikan pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Dalam rilis resmi yang disampaikan pada Selasa (8/4/2025), Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah menyampaikan bahwa laju inflasi pada Maret 2025 mencapai 1,65% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 1,03% secara tahunan (year-on-year/yoy) dengan IHK sebesar 107,22.
“Inflasi Maret lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga memberikan andil terbesar yaitu 1,18%,” ujar Habibullah dalam konferensi pers di Jakarta.
Tarif Listrik Jadi Pendorong Utama
Habibullah menjelaskan, tarif listrik menjadi komoditas paling dominan dalam mendorong inflasi bulan ini, dengan kontribusi sebesar 1,18%. Komoditas lain yang ikut menyumbang inflasi adalah bawang merah (0,11%), cabai rawit (0,06%), emas perhiasan (0,05%), dan daging ayam ras (0,03%).
Sebaliknya, satu-satunya komoditas utama yang memberikan andil terhadap deflasi adalah tarif angkutan udara, yang menyumbang penurunan harga sebesar 0,04%.
Berakhirnya Program Diskon Tarif Listrik
Lonjakan inflasi Maret ini turut dipengaruhi oleh berakhirnya program diskon tarif listrik 50% yang diberlakukan pemerintah pada Januari hingga 28 Februari 2025. Program tersebut merupakan bagian dari stimulus ekonomi untuk pelanggan listrik PT PLN (Persero) dengan daya 2.200 VA ke bawah.
Sebanyak 81,4 juta pelanggan PLN menikmati diskon tersebut, termasuk 24,6 juta pelanggan dengan daya 450 VA, 38 juta pelanggan 900 VA, 14,1 juta pelanggan 1.300 VA, dan 4,6 juta pelanggan 2.200 VA.
Pasca program berakhir, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga melonjak tajam sebesar 8,45% secara bulanan, menjadi penyumbang inflasi tertinggi pada Maret 2025.
Deflasi Beruntun Berakhir
Kenaikan IHK pada Maret ini menandai berakhirnya tren deflasi yang terjadi dua bulan sebelumnya. Deflasi tercatat sebesar 0,76% pada Januari dan 0,48% pada Februari. Bahkan, pada Februari lalu juga sempat terjadi deflasi secara tahunan sebesar 0,09%.
Dengan kondisi saat ini, BPS memperkirakan tekanan inflasi akan terus menjadi perhatian utama, terutama menjelang periode konsumsi tinggi di pertengahan tahun.
+ There are no comments
Add yours