Pasar saham Indonesia kembali melemah setelah sebelumnya mengalami kenaikan signifikan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,13% ke level 6.446,21 pada perdagangan Selasa pagi, meninggalkan level psikologis 6.500. Aktivitas perdagangan pun lebih sepi dengan total transaksi baru mencapai Rp4,94 triliun. Beberapa faktor utama yang menyebabkan penurunan ini termasuk kebijakan tarif impor baru dari Presiden AS Donald Trump, kondisi ekonomi AS yang memburuk, serta ekspektasi pemangkasan suku bunga yang semakin menjauh.
Kebijakan tarif Trump menjadi pemicu utama ketidakpastian di pasar global. Penerapan tarif impor 25% terhadap Kanada dan Meksiko serta kenaikan tarif terhadap China membuat pasar saham AS anjlok tajam. Indeks S&P turun 1,76%, Dow Jones merosot 1,48%, dan Nasdaq jatuh 2,64%. Dampak kebijakan ini juga memicu aksi balasan dari Kanada dan China, meningkatkan ketegangan perdagangan. Selain itu, meningkatnya volatilitas di pasar global turut memperburuk situasi, terutama dengan indikasi pelemahan ekonomi AS, seperti meningkatnya angka PHK, turunnya pengeluaran konsumen, dan melemahnya kepercayaan pasar.
Faktor lainnya adalah ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Fed) tidak akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat. Inflasi yang masih tinggi membuat The Fed mempertahankan suku bunga acuan pada level 4,25-4,5%, dengan kemungkinan pemangkasan baru terjadi pada Juni 2025, bukan Maret seperti yang diharapkan pasar. Hal ini semakin memperburuk sentimen investor, ditambah dengan arus modal asing yang terus keluar dari Indonesia. Setelah mencatat capital outflow Rp15 triliun pada Februari, investor asing kembali mencatat net sell sebesar Rp137,9 miliar di awal Maret, semakin menekan IHSG.
+ There are no comments
Add yours