JAKARTA – Industri mebel Indonesia yang dulunya bersinar di pasar global kini menghadapi tantangan besar. Data HIMKI menunjukkan bahwa ekspor mebel Indonesia turun dari US$ 2,5 miliar pada 2022 menjadi US$ 1,9 miliar pada 2023. Penyebab utamanya adalah ketergantungan tinggi pada kayu, yang kini semakin sulit diperoleh akibat regulasi lingkungan dan keterbatasan bahan baku. Selain itu, pasar ekspor Indonesia masih terlalu terpusat di Amerika Serikat (53,6%), membuat industri ini rentan terhadap perubahan ekonomi dan kebijakan dagang negara tersebut.
Untuk kembali berjaya, industri furnitur Indonesia perlu beradaptasi dengan berbagai strategi. Pengembangan bahan alternatif seperti rotan dan bambu harus didorong dengan inovasi desain dan teknologi pengolahan. Selain itu, ekspansi pasar ke negara-negara lain juga penting agar tidak hanya bergantung pada satu tujuan ekspor. Dengan pengelolaan hutan yang lebih berkelanjutan dan transformasi industri yang lebih berani, Indonesia bisa kembali menjadi pemain utama di industri mebel dunia.
+ There are no comments
Add yours