JAKARTA – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 mencapai 5,03% (yoy), yang lebih rendah dari target pemerintah sebesar 5,2%. Capaian ini juga mencerminkan penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat 5,05%. Komponen utama yang berkontribusi terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga, yang menyumbang 53,71% dengan pertumbuhan 4,98%, serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang berkontribusi 30,12% dengan pertumbuhan 5,03%.

Para ekonom, termasuk dari CELIOS dan CORE Indonesia, mengidentifikasi beberapa faktor yang menyebabkan pelambatan ini, seperti lemahnya daya beli masyarakat, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya, dan dampak dari deindustrialisasi. Mereka juga menekankan pentingnya intervensi kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan memperbaiki kondisi ekonomi yang stagnan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2025 diperkirakan hanya berkisar antara 4,7% hingga 5,2% jika tidak ada langkah serius dari pemerintah.

Dalam konteks ini, Bank Danamon dan INDEF menggarisbawahi perlunya paket kebijakan stimulus untuk mendukung sektor industri dan meningkatkan daya beli masyarakat. Meskipun belanja pemerintah dan investasi menunjukkan pertumbuhan, tantangan struktural seperti rendahnya harga komoditas dan perlambatan permintaan global tetap menjadi hambatan. Dengan demikian, langkah-langkah strategis untuk memperbaiki iklim bisnis dan menarik investasi produktif harus menjadi prioritas utama pemerintah ke depan.

You May Also Like

More From Author

+ There are no comments

Add yours